Dialog seperti ini bukan hal yang aneh di bagian bedah terutama di Rumah Sakit di daerah pinggiran yang masyarakatnya masih penuh dengan “ pantangan “, seperti Banyumas ini.
Luka merupakan kondisi hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang diakibatkan oleh trauma benda tajam atau tumpul , perubahan suhu, zat kimia, ledakan, listrik atau gigitan hewan. Macam lukanya bisa memar, lecet, robek , tertusuk, tertembak, luka bakar dan lainnya. Dalam perjalanannya, setiap luka akan mengalami 3 fase menuju penyembuhan luka meliputi :
1. Fase inflamasi ( peradangan )
2. Fase proliferasi ( penutupan epitel )
3. Fase remodelling ( pematangan dan penyerupaan ).
Pertama fase inflamasi, dimulai sejak terjadinya luka, berupa reaksi tubuh seperti pembuluh darah di tempat cedera menyempit, mengerut dan mekanisme pembekuan darah. Selanjutnya jaringan ikat akan membentuk serotonin dan histamin yang berperan meningkatkan permeabilitas kapiler yang kemudian menimbulkan perembesan cairan , pengumpulan sel radang disertai pelebaran pembuluh darah setempat yang menyebabkan pembengkakan. Hasilnya muncul 4 or sebagai tanda radang berupa, tumor ( bengkak ), rubor ( memerah ), kalor ( panas ), dan dolor ( nyeri ).
Kedua fase proliferasi, mulai setelah inflamasi sampai lebih kurang minggu ketiga. Pada fase inilah mulai dibentuk kolagen serat untuk mentautkan tepi luka, dari bahan mukopolisakarida, asam aminoglisin dan prolin. Sel radang, fibroblast dan kolagen akan memenuhi luka dan membentuk jaringan berwarna kemerahan yang disebut jaringan granulasi. Sel epitel mulai mengisi permukaan luka. Proses kedua ini berhenti setelah permukaan luka seluruhnya tertutup oleh epitel.
Ketiga fase remodelling berupa proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebihan, pengerutan sesuai gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat berlangsung lama sampai semua tanda radang menghilang.
Makanan merupakan faktor penting pembentukan komponen jaringan yang berperan dalam proses penyembuhan luka baik dalam fase inflamasi, proliferasi maupun remodelling. Makanan yang kita konsumsi akan dicerna menjadi zat – zat yang dibutuhkan jaringan tubuh untuk pertumbuhannya baik dalam kondisi sehat atau sakit. Oleh karena itu bila makanan yang kita makan kurang mencukupi kandungan zat gizinya trutama protein, tentu pertumbuhan jaringan akan lambat dan kemampuan pertahanan tubuh pun melemah sehingga penyembuhan luka lambat dan resiko infeksi meningkat seperti yang terjadi pada pak Rudi. Sayangnya masih banyak masyarakat yang tetap kekeh dengan pendapatnya yang tidak beralasan bahwa makan amis – amis menyebabkan luka basah dan lama sembuh.
"Pokoknya pak Rudi , mulai sekarang bapak harus makan yang cukup gizi terutama protein kalau ingin lukanya sembuh, jangan lupa juga disampaikan ke ibu , tapi kalau tidak mau ya monggoh kerso , bapak harus siap tak operasi lagi untuk ndandani luka bapak yang kurang bagus". kata dokter pada pak Rudi sambil menulis resep. "Wah , ampun dok, saya milih nurut dokter saja".jawab pak Rudi tersenyum.
Oleh : dr. Panji Anggara