Senin, 21 Maret 2011

Patah Tulang. Ke Rumah Sakit atau Pengobatan Alternatif?

Dokter Yth,
Adik saya umur 25 tahun, jatuh dari pohon rambutan, dan mengalami patah tulang bagian lengan kanan atas bengkak dan membengkok, paman saya menyarankan untuk membawa  adik ke rumah sakit, tetapi bapak saya keberatan karena masalah biaya dan menyuruh saya untuk membawa adik ke pengobatan alternatif, sebaiknya bagaimana ya Dok?terimakasih, mohon dibalas dengan cepat.

Amri (0813272XXXXX)
Jawab :

Yth Amri, anda seorang kakak yang baik dan perhatian terhadap adiknya.
Begini Mas Amri,
Setidaknya ada dua prinsip utama pengobatan patah tulang. Pertama adalah sedapat mungkin mengembalikan posisi tulang seperti posisi asalnya. Tindakan ini disebut reposisi. Prinsip kedua, mempertahankan posisi tulang yang telah kembali ke tempatnya (telah direposisi). Proses ini disebut fiksasi, biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan sampai terjadi penyambungan pada bagian yang patah.

Perlu diketahui, bersambungnya tulang pada bagian patah merupakan proses alami. Tanpa tindakan pun, tulang patah yang bersinggungan, dalam waktu beberapa bulan akan menyambung sendiri.
Prinsip ini dipegang dan diterapkan, baik oleh pengobatan alternatif maupun oleh dokter bedah orthopedi. Walaupun mempunyai prinsip yang sama, dalam prakteknya keduanya mempunyai perbedaan.
Pengobatan alternatif melakukan reposisi dengan teknik sederhana. Ia menilai tulang patah dari penampakan luar bagian yang patah. Kemudian melakukan reposisi dengan penarikan dan pemutaran, sampai kira-kira diperoleh posisi yang pas. Keberhasilan tindakan ini tergantung jenis patahan tulang. Jika patahan sederhana, kemungkinan berhasil lebih tinggi. Lain halnya jika patahan rumit, misalnya terjadi patahan di dua tempat. Tindakan ini seringkali tidak memberikan hasil memuaskan, seperti menyambung tetapi bengkok atau bahkan tidak bisa menyambung sama sekali. Apalagi rontgen setelah tindakan untuk evaluasi hasil juga tidak dilakukan.  Hal lain yang membuat reposisi lebih sulit, tindakan ini oleh pengobatan alternatif tidak dilakukan di bawah pembiusan. Akibatnya, penderita merasakan nyeri yang menyiksa.

Pada proses fiksasi, pengobatan alternatif biasanya hanya mengandalkan fiksasi luar, apapun jenis patahannya. Fiksasi luar umumnya menggunakan kayu yang dibungkus dengan kain kasa. Hal ini dapat menyebabkan proses penyembuhan lebih lama atau posisi tulang tidak sempurna saat terjadi penyembuhan, apalagi fungsi sendi kadang tidak diperhatikan.
Kekurangan lain adalah tidak adanya kontrol infeksi dan perdarahan pada patah tulang dengan luka. Padahal kedua hal ini dapat menjadi penyulit pada proses penyembuhan. Bahkan dapat menjadi masalah di kemudian hari, misalnya timbul osteomyelitis (radang tulang), yang penanganannya sulit tentunya biaya juga tidak sedikit.
Berbeda dengan pengobatan di rumah sakit. Tindakan didasarkan pada jenis patahan tulang, yang gambarannya diperoleh dari hasil foto rontgen. Proses reposisi bisa dilakukan tanpa atau dengan operasi. Pilihan operasi dilakukan jika patahan tulang tidak mungkin dikembalikan dengan cara-cara biasanya, misalnya dengan menarik, memutar, atau meluruskan bagian yang patah.

Demikian pula dengan proses fiksasi, juga tergantung pada jenis patahan. Jika ringan saja, dapat dilakukan fiksasi luar (tanpa operasi, seperti gips). Sedangkan jika patahannya berat dan rumit, biasanya dilakukan fiksasi dalam (interna), yang dilakukan melalui pembedahan. Pasca fiksasi biasanya dilakukan foto rontgen ulang untuk menilai apakah hasil tindakan sudah memuaskan. Yang tak kalah pentingnya, pada patah tulang dengan luka terbuka di rumah sakit dapat dilakukan.

Orang bijak tentu tidak akan salah bertindak. Masalah biaya, tentu semua membutuhkan biaya. Ke pengobatan alternatif juga tidak lepas dari biaya seperti halnya ke dokter bedah tulang. Namun pertimbangan kenyamanan, keamanan dan keberhasilan tindakan juga harus dipikirkan.

Nah, mas Amri, mudah-mudahan puas dengan jawaban saya.