Senin, 21 Maret 2011

Pentingnya Bergerak Setelah Operasi Patah Tulang

Operasi merupakan hal yang sering ditakuti oleh sebagian besar orang. Apalagi jika operasi tersebut nantinya mendatangkan keterbatasan bagi yang bersangkutan. Sebagai contoh kasus seseorang yang mengalami kecelakaan dan patah tulang yang harus menjalani serangkaian proses operasi. Tentu saja hal ini akan menimbulkan berbagai kehawatiran bagi yang bersangkutan. Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan.
Fenomena ini sering juga terjadi di RS. Siaga Medika Banyumas. Seringkali mereka bertanya kepada kami, “Sus, saya boleh gerak nggak? atau  “ Sus, nanti nek kakine tak gerakin  pennya lepas gimana?”. Hal yang wajar memang untuk ditanyakan, apalagi dengan segala kekhawatiran yang mereka pikirkan. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Asal rasa nyeri dapat ditahan dan terdapat suatu keseimbangan tubuh, dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai kondisi seperti sebelum dilakukan pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis bagi pasien sendiri. Dengan bergerak, tentunya akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.

Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar pada bed maupun tidak dan bahkan juga dapat dilakukan dengan bantuan keluarga. Fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan atau dalam istilah jawa dinamakan “uncang-uncang”.

Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga. Untuk pasien dengan patah di bagian kaki memang biasanya harus dilatih terlebih dahulu oleh seorang fisioterapis dengan menggunakan alat bantu jalan atau kruck. Dalam hal ini perawat juga dapat berperan membantu melatih pasien tersebut, karena terkadang tidak selamanya fisioterapis 24 jam bersama dengan pasien. Jadi kesimpulannya, bergerak setelah proses operasi sangat di anjurkan asal sesuai dengan cara yang diajarkan.



Oleh : Team Perawat Instalasi Rawat Inap RS Siaga Medika Banyumas