Kamis, 31 Maret 2011

Pendidikan Sex ? Kasih dah…

Ibu Mazidah yang baru 6 bulan mengontrak, pagi ini dikejutkan dengan pertanyaan bu Ana tetangga depan rumah, kenapa tidak kondangan ke tetangga belakang rumahnya yang kemarin mantu tapi tidak rame – rame. "Apa benar bu, wong saya seminggu ini melihat anaknya sudah menggendong bayi, sambil jalan – jalan pagi, moso acara mantunya baru kemarin, nggak salah itu bu?" kata bu Mazidah dengan raut muka kaget tidak percaya. Apa ini yang orang Banyumas bilang LKMD alias Lamar Keri Meteng Disit, pikirnya. "Nggendong bayinya benar tapi baru mantunya juga benar, soalnya hamilnya kan sebelum menikah bu" kata bu Ana, seolah menganggap kejadian ini biasa di daerahnya.

Mungkin benar guyonan anak – anak muda di perempatan jalan, “ Buat anak kok coba – coba , jangan, kalau coba – coba ( maaf ) buat anak , kayaknya menarik tuh “. Remaja sekarang banyak yang salah asuhan, soalnya mereka belajar tentang sesuatu kadang belum saatnya atau sudah saatnya tapi tidak tepat gurunya. Termasuk belajar tentang masalah sex atau sekarang dikenal dengan pendidikan sex. Banyak orang yang masih menganggapnya tabu, padahal ini hanya soal istilah dan pemahaman saja. Dalam agama sebetulnya sudah diajarkan tentang perbedaan laki – laki dan perempuan. Anak usia 7 tahun mulai dipisahkan tidurnya. Laki – laki karena kondisi fisik dan mentalnya dijadikan kepala rumah tangga. Perempuan dengan kondisi fisik dan kelembutannya ditempatkan mendidik dan membesarkan anak – anak.

Apa hubungannya dengan kesehatan ?
Hubungan sex pranikah atau di luar pernikahan yang sah membawa dampak yang buruk baik bagi pelaku, keluarga atau masyarakat, baik dari sisi agama, sosial, ekonomi, hukum maupun kesehatan. Di bidang kesehatan, korban budaya ini ditangani oleh bagian anak, kandungan, kulit, sampai kesehatan jiwa. Karena itu bukan hanya para pendidik yang berkepentingan dalam urusan pendidikan sex ini, tapi juga kesehatan. Kapan saatnya mulai dan bagaimana materinya tentu sudah ada yang menangani, yang penting optimalisasi program seperti Kesehatan Reproduksi Remaja yang harus dilakukan.

Dari bagian anak dilaporkan bahwa kehamilan remaja bisa berakibat disproporsi janin, cacat bawaan, prematuritas dan bahkan kematian janin baik karena ketidak sengajaan atau yang berbau kriminal. Bagian kebidanan dan kandungan mencatat tentang ibu hamil yang secara fisik, organ reproduksi memang sudah lengkap dan siap tetapi belum sepenuhnya paham tentang resiko timbulnya perdarahan sebelum, saat atau sesudah persalinan, infeksi, atau kematian pada ibu sehingga angka kejadiannya cukup tinggi. Para remaja yang memilih aborsi sebagai jalan keluar dari hasil kehamilan pranikah dan di luar nikah menyumbang angka yang cukup tinggi dibanding karena indikasi medis. Begitu pula bagian kulit dan kelamin yang menyatakan bahwa timbulnya penularan penyakit menular seksual mulai dari herpes, siphilis, GO sampai AIDS yang masih menjadi momok juga banyak pada kehamilan remaja. Mereka yang belum sepenuhnya siap menjadi ibu atau menjadi ayah, akan membebani jiwa mereka sehingga memunculkan banyak kasus gangguan kejiwaan.
Makanya benar menurut pakar pendidikan , bahwa sejak dini usia (ada yang berpendapat sejak usia 4 tahun), anak sudah mulai diberikan “ pendidikan sex “ sesuai dengan umur dan perkembangannya. Misalnya tentang pengenalan bagian tubuh dan identitas diri apakah laki atau perempuan. Makin bertambah umur makin bertambah pengajarannya tentang masalah sex. Pengajaran ini juga tidak harus berdiri sendiri tapi dapat bersamaan dengan materi yang lain yang bersesuaian seperti agama atau olahraga. Makanya , jika anda punya anak remaja , waspadalah.