Kamis, 31 Maret 2011

Sayang Anak , Hati – Hati Pilih Mainan

Ny Ani, bersama sang suami , tergopoh – gopoh menggendong anak perempuannya Tia, yang berusia 1 tahun, karena saat bermain kelereng kecil, kata pembantunya , kelereng tiba-tiba hilang sedang sang anak rewel sambil menggosok-gosok hidungnya. Kebetulan siang itu dr Mugiharto Sp THT sedang berpraktek di RS Siaga medika Banyumas dan langsung memberikan penanganan dengan mengambil kelereng yang ternyata bersembunyi di lubang hidung kiri Tia. Tidak sampai 5 menit, tangis ketakutan dari si anak terkaburkan oleh suara gembira dari sang ibu. Yang ditanyakan dokter adalah mengapa anak sekecil itu dibiarkan main kelereng kecil tanpa pengawasan penuh.

Menurut ahli tumbuh kembang anak, usia balita ( bawah lima tahun ) merupakan usia di mana anak memiliki rasa keingintahuan yang besar sehingga sering melakukan eksperimen terutama dengan mainannya. Anak-anak kadang memasukkan mainannya yang kecil ke dalam mulut, hidung atau telinganya, tanpa sadar akan membahayakan dirinya. Penting bagi orang tua untuk menyesuaikan usia anak dengan mainan yang diberikan agar tidak hanya tujuan “ sayang anak “ dan edukasi yang diperoleh namun keamanan dan kesehatan juga tetap diperhatikan.

Macam mainan saat ini , masih banyak yang dibuat tanpa memperhatikan peruntukannya ( konsumen ). Mainan untuk balita  ada yang ukurannya kecil, mudah patah, mengandung bahan berbahaya ( cat atau bahan kimia lain ), berujung lancip, atau tekstur kasar terutama bagian pinggir mainan yang terbuat dari plastik. Orang tua atau pembantu juga kurang waspada saat menaruh barang seperti peniti, manik- manik, kancing baju, tasbih atau lainnya sehingga menggugah keingintahuan anak dan akhirnya kadang berujung pada kecelakaan seperti kejadian di atas.
Hal pertama dan utama yang dilakukan adalah mencegah anak berdekatan dengan barang – barang tadi dan pengawasan yang baik saat mereka bermain.

Apabila sudah terjadi seperti kasus di atas, tindakan kita adalah :
  • Tenangkan anak dan posisikan duduk agar benda yang masuk tidak bertambah dalam, atau mungkin bisa keluar.
  • Jangan berinisiatif untuk menangani atau mengeluarkannya sendiri bila anda tidak berkompeten.
  • Jika terlihat tanda sesak napas, seperti napas tersengal, otot dada mengembang, cuping hidung kembang kempis, bibir membiru dan  anak gelisah segera bawa ke IGD Rumah Sakit terdekat.
Apabila anda jauh dari Rumah sakit, lakukan pertolongan pertama  dengan mengorek mulut dengan jari telunjuk atau memukul bagian punggung anak di antara kedua tulang belikat ( enthong ) menggunakan tapak tangan atau menekan perut bagian atas untuk meningkatkan tekanan dalam rongga dada , diharapkan mendorong benda keluar.