Kamis, 31 Maret 2011

Waspadai Kaki Diabetik

Ada gula ada semut. Peribahasa ini tak asing lagi ditelinga kita . Artinya di mana ada sesuatu kenikmatan di situlah banyak orang berkerumun. Tapi peribahasa ini terdengar kurang enak di telinga penderita kencing manis seperti ibu Sari. Penyakit gulanya, begitu orang banyak menyebut Diabetes Melitus atau kencing manis, bukan mengundang kenikmatan tapi memunculkan komplikasi yang banyak. Luka di ujung jempol kaki kanannya sudah berlangsung sebulan tetapi karena kencing manis yang dideritanya tak terkontrol sehingga tak kunjung sembuh. Sebabnya sepele,
saat mengikuti saran teman, berjalan – jalan tanpa alas kaki di depan rumahnya sebagai bagian dari terapi, jempol kaki kanannya terantuk batu dan mengalami luka robek dangkal. Seiring berjalannya waktu dan dengan pengobatan antiseptik seadanya karena memang tak terasa sakit yang mengganggu, lukanya tak kunjung sembuh, malah bertambah luas, dalam, keluar cairan kecoklatan dan berbau.

Khawatir semakin memburuk, ibu Sari memeriksakan diri ke rumah sakit. Selama ini dia paling malas jika disuruh berobat. Seingat dia sudah setahun yang lalu periksa ke dokter setelah itu tak pernah lagi. Setelah dianamnesa, diperiksa dan diambil darah untuk cek kadar gula darahnya, dokter penyakit dalam yang memeriksa memberitahu ibu Sari bahwa luka di jempol kaki kanannya jelek, banyak jaringan yang rusak bahkan mati dan perlu tindakan amputasi untuk menyelamatkan jaringan yang sehat dari penyebaran. Terkejut dengan apa yang disampaikan dokter, ibu Sari hanya bisa tertegun dengan pandangan kosong. Terbayang dalam benaknya berhadapan dengan dokter bedah yang membawa pisau tajam untuk memotong jari kakinya. Sedangkan dengan dokter penyakit dalam saja malas , apalagi dengan dokter bedah. Dibanding kaki normal kaki diabetik memiliki karakteristik sendiri. Dengan berjalannya waktu dan tak teratur kontrol , penyakit diabetes melitus mengakibatkan komplikasi makroangiopati atau makrovaskuler pada pembuluh darah kaki, dan juga menimbulkan neuropati di kaki penderitanya. Pembuluh darah di kaki mudah muncul aterosklerosis ( penyempitan dan pengkakuan ) sehingga bila terjadi radang reaksi yang mesti timbul berupa peningkatan vaskulerisasi ( aliran darah ) untuk melawan radang, malah terjadi trombosis ( penyumbatan ) dan necrosis ( kematian jaringan ), karena itu peradangan akan makin meluas.
Gangguan saraf ( neuropati ) di kaki akan berakibat kurangnya sensitifitas kaki terhadap nyeri dan panas yang dapat membahayakan. Pada orang normal nyeri dan panas yang merupakan sensor bahaya tidak optimal dan bahkan hilang sehingga mudah terjadi cedera atau luka. Neuropati bersama dengan terganggunya pembuluh darah kaki diabetik, pada peradangan yang terjadi pada penderita diabetes melitus akan memperparah radang dan mempersulit proses penyembuhan. Pada kasus yang berat bisa sampai mengharuskan dilakukannya amputasi yang menjadi momok bagi para diabetisi ( penderita diabetes melitus ). Ada berapa langkah yang bisa ditempuh guna mencegah amputasi.
Pertama , Kontrol kadar gula dengan periksa teratur dan ikuti saran dokter .
Kedua , Rawatlah kaki diabetik sebaik – baiknya sebelum muncul luka atau cedera.
Ketiga , Selalu pakai alas kaki yang nyaman untuk mencegak trauma langsung .
Ingat bahwa kaki diabetik 50 x lebih memungkinkan timbulnya infeksi di kaki di banding orang normal. Dan ingat pula bahwa “ Apapun penyakitnya yang penting tindakan utama adalah pencegahannya “. 

Oleh : dr Panji Anggara.