Minggu, 20 Maret 2011

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Kecelakaan merupakan sesuatu yang tidak diharapkan tetapi sangat dekat dengan kita. Penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal meliputi : pertama, sebab mekanik, seperti benturan dengan benda keras saat kecelakaan, kedua sebab kimia, terjadi  bila terkena bahan kimia yang keras seperti asam kuat, ketiga sebab fisik,seperti terbakar oleh api, dan keempat sebab biologi misalnya karena gigitan binatang. Sebab – sebab yang disebutkan di atas baik sendiri atau bersama – sama dapat mengakibatkan kesakitan , kecacatan bahkan kematian pada penderitanya.
Yang perlu diperhatikan pada penolong sebelum memberikan pertolongan adalah keadaan dirinya aman dari penyebab kecelakaan, serta siap baik secara fisik maupun mental dan kondisi memungkinkan untuk memberi bantuan. Pada waktu memberi pertolongan juga harus dipilah mana yang dulu dan mana yang yang bisa diakhirkan. Kondisi gawat darurat harus didahulukan ditolong karena keadaan ini dapat mengancam kelangsungan hidup penderita atau menyebabkan kecacatan.
Pedoman umum dalam tatalaksana penderita kecelakaan adalah :
  1. Kematian karena sumbatan jalan napas lebih cepat daripada ketidak mampuan bernapas.
  2. Kematian karena ketidakmampuan bernapas akan lebih cepat daripada kehilangan darah.
  3. Kematian berikutnya karena penyebab cedera kepala.
Oleh karena itu dibuatlah istilah ABC yang merupakan urutan standar penanganan kecelakaan apapun sebabnya. ABC berarti airway ( jalan napas ), breathing( pernapasan), circulation ( sirkulasi darah ).
Keberhasilan penanganan penderita kecelakaan ditentukan oleh :
  1. Kecepatan dan ketepatan pertolongan pertama di tempat kejadian.
  2. Penanganan sat transportasi ke rumah sakit.
  3. Pengelolaan di rumah sakit.

Ketrampilan
  1. Pembebasan jalan napas
Pada penderita yang tidak sadar, sering terjadi sumbatan jalan napas oleh lidah penderita sendiri. Karena itu perlu memposisikan penderita agar jalan napas tetap terbuka, dengan cara : Menopang leher ( ekstensi kepala ), menopang dagu dan membuka mulut.
Apabila dicurigai ada sumbatan jalan napas oleh sebab lain maka :
  • Pada penderita sadar : disuruh batuk, atau tepuk punggung dengan telapak tangan pada daerah antara  dua tulang belikat, atau hentakan perut ( Heimlich Manuver ), atau dibantu dikorek dengan jari.
  • Pada penderita tidak sadar : buka mulut dan korek dengan jari telunjuk dan tengah, atau miringkan penderita dan pukul punggung di antara belikat, atau hentakan di perut dengan posisi penderita terlentang.
Apabila terjadi henti napas, segera lakukan napas bantu dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sampai muncul napas spontan.

  1. Penghentian perdarahan
Kecelakaan yang menimbulkan perdarahan harus ditangani segera dengan langsung menekan sumber perdarahan dengan tangan atau kain dilanjutkan pemasangan balut tekan. Hindari pemakaian turniquet dalam waktu lama karena dapat merusak jaringan terutama pada daerah ujung anggota tubuh. Jangan pula menggunakan ramuan – ramuan untuk menutup luka yang tidak bersih.

  1. Pemasangan bidai / spalk
Akibat yang kadang terjadi karena kecelakaan adalah patah tulang atau curiga patah tulang. Pemasangan bidai perlu dilakukan agar posisi patahan stabil dan penderita lebih nyaman. Prinsip pemasangannya adalah meliputi 2 sendi yang berdekatan, untuk menjaga pergeseran patahan oleh gerakan daerah persendian.

  1. Resusitasi jantung paru
Pada kasus kecelakaan yang berat dapat mengakibatkan henti napas atau bahkan henti jantung pada korban. Perlu penanganan khusus pada saat – saat awal penderita ditemukan,  sehingga dapat menurunkan angka kematian. Yang dapat dilakukan :
  • Bila dijumpai henti napas dan henti jantung , segera posisikan penderita sampai jalan napas terbebas, kemudian lakukan 2 kali bantuan napas , periksa kembali denyut nadi besar di pangkal paha, leher atau pergelangan tangan.
  • Bila nadi tak teraba bersiap untuk melakukan resusitasi jantung paru dengan cara :  penderita ditidurkan terlentang, penolong berada di sebelah kanan penderita bertumpu dua lutut, telapak tangan  diletakkan di atas tulang dada dengan posisi bertumpuk, lakukan penekanan dan posisi siku lurus, frekuensi pemijatan 15 kali diselingi 2 kali napas bantu, lakukan tindakan sampai berhasil atau ada penolong yang ahli atau kelelahan atau meninggal.    

  
Oleh : dr. Panji Anggara